Jamaah Tabligh, Kok Makan Pake satu Nampan ya?

Masih dari sumber yang sama (tirto.id) disampaikan, dalam anjuran Jamaah Tabligh, praktik makan bersama macam ini menjadi "sunah" Rasulullah karena pada zaman Nabi, Rasul sering menyantap hidangan berbuka puasa bersama para sahabat dalam satu wadah. Dengan cara ini, "Kita merasakan kebersamaan dan persaudaraan," ujar seorang jemaah.

Sesudahnya ratusan jemaah mengambil wudu untuk menunaikan salat Magrib. Usai salat, mereka mengumandangkan salawat dan doa selagi panitia yang bergiliran tugas rutin setiap hari mengatur bahwa para jemaah bisa mengambil makanan di dapur, terletak di belakang masjid. Sama seperti hidangan berbuka, makanan itu disajikan dalam satu nampan untuk empat orang.

Menurut Salman, pendakwah dari Tulang Bawang, Lampung, ada tiga macam cara kita makan saat berbuka puasa: makan adil, makan zalim, dan makan ikram. Pada umumnya, masjid berbuka puasa dengan makan adil. Maksudnya, makan adil adalah makanan yang dibagi satu persatu kepada para jemaah seperti nasi kotak.

Makan zalim, kata Salman, siapa yang duluan datang, dialah yang lebih banyak makan. Sementara bagi mereka, dengan anjuran yang sudah jadi kebiasaan, makan ikram lebih diutamakan.

"Makan ikram itu saling merasakan kebersamaan satu sama lain," ujar Salman.

Makan ikram juga bisa mengurangi kita buang-buang makanan, menurut Salman. Orang yang makan nasi sedikit akan menyisakan dan mubazir; sebaliknya, ada orang yang makan banyak tapi makanannya tidak cukup.

"Jadi makan ikram lebih baik karena ada orang yang makan dikit dan banyak sehingga makanan yang disediakan dalam nampan besar itu bisa habis. Cara makan ini mengikuti sunah Rasulullah," terang Salman.

Mengenal Konsep Khuruj Jamaah Tabligh


Comments

Popular posts from this blog

Contoh Fikih dalam kehidupan Sehari-hari dan Sumber Hukumnya

Buah Khuldi itu sebenarnya Buah Apa Sih? Ini Faktanya